Kamis, 29 Mei 2014

Sekejap bersyukur

Manusia, subjek hidup sempurna yang dicipta Tuhan dengan segala partikel maha indah di dalamnya. Dia ciptakan ribuan, jutaan, milyaran yang bahkan mungkin tak terhitung jumlahnya. Semua meminta perhatian dari-Nya, maka karena itu Tuhan membagi tugas kepada kita. Tugas untuk saling berbagi, memperhatikan satu sama lain. Membantu-Nya memberi perhatian yang sebenarnya juga tak luput dari-Nya.
            Aku sejujurnya mengerti dan memahami dengan baik pula segala deskripsi kerja sebagai manusia. Saling peduli, memberikan perhatian, membantu yang lain, dan hal-hal mudah lainnya. Tapi Tuhan, maafkan aku yang sedang ingin absen mengerjakan tugas-tugas sebagai manusia sosial. Aku sedang begitu mencintai diriku sendiri. Menikmati waktu-waktu hanya dibagian kesenangan, kemudian menutup mata dari hal-hal bersifat sosial. Aku sedang senang menjadi jahat, menikmati mencemooh hal-hal yang tidak tepat di mataku. Ya, semua standar baik ada di mataku. Aku tidak menerima kategori baik dari sisi lain. Begitu sombong, ketika aku menganggap yang aku pikirkan adalah kebenaran. Semua tentang aku.
            Aku memang terlalu egois ketika akan ku katakan bahwa aku telah menjadi paling lelah untuk tersakiti. Aku begitu tahu bahwa di luar sana – di bagian dunia yang tidak aku lihat bahkan tidak tahu - ada banyak orang yang tersakiti hatinya, terluka tubuhnya, kelaparan atau bahkan hidup dalam perang. Betapa aku sadari, aku manusia yang begitu lemah, maka dari itu memilih untuk egois.
            Berkencan dengan diri sendiri, bukan berarti aku begitu desprate. Aku tahu, aku selalu punya teman untuk diajak mengobrol, entah itu untuk diajak duduk sambil minum kopi atau sekedar lewat telfon dan chat. Mereka selalu ada. Tapi ketika aku berbincang dengan otak yang Tuhan pilihkan untukku, aku mengenal diriku sendiri. Aku menemukan hal yang membuatku bahagia dengan cara yang tak aku tahu. Selalu ada pengetahuan baru yang biasanya malu-malu menghampiri ketika aku di keramaian.
            Mengobrol memang hal yang paling menyenangkan untukku. Bertukar pikiran dan tawa juga banyak memberikan kebahagiaan. Tapi kenyataannya, mengobrol tidak butuh dua orang. Tuhan telah memberikan kita semua teman yang bersamamu setiap saat, pikiranmu. Sendirian adalah cara terbaik untuk mengobrol dengan pikiranmu, berdebat dengannya akan membentuk dirimu yang kemudian akan kau presentasikan di depan khalayak umum nantinya. Banyaklah mengobrol dengan pikiranmu, beri dia banyak masukkan, maka kau akan mendapatkan kritikan hebat darinya. Sekali lagi, maafkan aku Tuhan. Aku sedang begitu kejam kepada hati. Sering kali tidak aku ijinkan dia untuk ikut dalam obrolanku dengan pikiran. Dia belakangan sedang aku tinggalkan, sebenarnya aku istirahatkan. Kemarin dia bekerja begitu keras, dan kerja kerasnya tidak dihargai orang, kasian.

So, now i’m enjoying my whole time with myself. Thank you Lord for giving me myself.

Ratu dan Putri

Aku adalah seorang Ratu
Menertawakan tingkah seorang Putri
Begitu bodoh, naif, dan rapuh

Seorang putri yang begitu mudah jatuh cinta
Pada rakyat jelata yang baru dia kenal
Tanpa dia sadari akan segeralah dia tersakiti

Aku adalah seorang Ratu
Kewajibanku mengangkat dagu, meninggikan pandangan
Menajamkan mata dan menipiskan senyum
Begitu seimbang sehingga tak akan mudah terjatuh

Maka semesta akan melakukan pemilihan
Untuk mereka yang akan disampingku
Seorang yang akan menjadi Raja
Walau Ratu yang kuat pasti bertahan tanpa seorang Raja.



Ratu Murka

Sekarang siapa lagi mau ingkari kekuatanku
Aku seorang ratu yang tahu segala
Aku melihat yang tak mereka lihat
Aku mendengar yang belum disuarakan
Dan aku mengerti hal yang tak dijelaskan

Maka kau hanyalah orang tercampakkan
Kau hanya penipu pinggir jalan menjijikkan
Kau berkedok di balik pekat
Kau sembunyikan kemunafikan dan dosa
Semesta menyingkirkanmu dari sisiku

Ku katakan padamu,
Aku membencimu,
Seluruh katamu,
Seluruh sentuhmu,

Seluruh dirimu.

Kamis, 22 Mei 2014

Otoriter Hujan

Hujan datang tanpa permisi
Menyalip panasnya matahari
Kemudian di atas tanah menari
Mengalir di daun yang ingin dibasahi

Hujan kali ini mengirim resah
Pada pecinta yang menanti, pasrah
Pada wanita yang telah lelah
Pada anak yang merindu rumah

Hujan kirimkan pesan mereka
Sebelum datang kabar duka
Sebelum hati semakin murka
Sebelum pintu tak terbuka

Maka hujan hari ini perlahan tahu tentang kita


Segelas Kopi

Ini tentang segelas kopi yang kita pesan,yang kemudian menjadi dingin sebelum sempat kita nikmati.


Kita jatuh cinta pada segelas kopi
Pada rasa yang pekat dan hangat
Kita jatuh cinta pada segelas kopi
Hadir kemudian di hadapan kita begitu cepat
Kita memilih meminum kopi yang sama
Kopi hitam, dingin, bersama waktu yang berjalan lama
Di malam gelap yang mereka penuhi keluh kesah terpendam

Di dalam segelas kopi, kemudian kita tenggelam.

Minggu, 18 Mei 2014

mau pergi kemana?
duduk lah sebentar
baru satu purnama indahnya kita lewati
duduklah, kita nikmati lagi segelas kopi

mengapa begitu terburu-buru?
secepat itu keindahanku luntur di matamu?
tak sudikah lagi kau memandang mata kecil ini
tak bisakah sekali lagi kau belai rambut ini

ataukah sekedar mencari seikat balon?
lalu kapan kembali?
apakah akan kembali?


tak kah kau sadari sayang
kita sekarang begitu sombong
merasa begitu kuat berdiri sendiri
merasa begitu sanggup tanpa yang lain

aku tahu sayang
Tuhan ciptakanku dengan bukan dari tulang rusuk
aku diciptakan dari seonggok logam
begitu keras hingga Dia tambahkan padaku feromon, endorfin dan serotonin

kamu tahu sayang
aku membutuhkan sebanyaknya karbon
karena aku sekarang begitu lemah
begitu mudah untuk hancur

aku telah memberi tahumu sayang
kemarin aku baru saja terjatuh
begitu memalukan
hingga tak aku biarkan burung-burung sempat melihat ke bawah

hanya kamu yang tahu sayang
bagaimana sebuah logam dapat menjadi baja
kemudian mampu berdiri sendiri
bahkan tak kan hancur walaupun bebannya berat


sayang, lalu bagaimana?

aku mencintaimu

seperti kelopak bunga yang gugur
pada waktunya dan begitu seharusnya
mencintaimu adalah sebuah kepastian

seperti sebuah balon yang terlepas
terbang ke langit perlahan menuju langit
mencintaimu adalah sebuah keikhlasan

aku memilih mencintaimu
dengan caraku yang mereka tak akan mengerti
kusertakan senyummu dalam setiap senyumku
bersama bayang-bayangmu menari dalam setiap diam ku

karena aku memilih tak beranjak
bagai sebuah pohon yang tak pernah berpindah
sepertinya, menerima takdir dan kemudian bahagia
aku akan tetap tumbuh walaupun tidak berpindah

maka biarkan aku mencintaimu
lagi-lagi cukup dengan caraku
merindu, menangis, kemudian menulis
dengan caraku kamu akan tetap ada
karena aku memilih mencintaimu